disini
Beranda » Artikel » BASIC GUIDE STREETPHOTOGRAPHY YANG PENUH KEAJAIBAN

Basic Guide Streetphotography yang Penuh Keajaiban

Jakarta - Usai Henri Cartier-Bresson (HCB) memotret keceriaan anak-anak yang membawa dua botol minuman di sebuah jalanan di Paris pada 1954, genre streetphotography pun dimulai. Bisa dibilang, foto yang sangat natural, sederhana namun kaya emosi itu menjadi salah satu tonggak kelahiran streetphotography.

Puluhan tahun kemudian, genre foto tersebut semakin diminati. Tidak lain karena bisa dilakukan kapan saja. Dari rute sehari-hari ke kantor, tempat kuliah bahkan saat traveling. Tanpa izin khusus, tanpa peralatan mewah, minus properti pendukung maupun urusan model dan lighting yang terdengar merepotkan.

Kendati demikian, fotografer streetphotography tetap dituntut menghadirkan keunikan dan kekayaan cerita. Tentu tanpa harus kehilangan estetika dan unsur keindahan.

Berikut beberapa petunjuk dasar (basic guide) untuk mendapatkan foto-foto jalanan yang mempunyai magnitude dan daya hentak.

1. Jangan sibuk dengan teknis kamera, fokuslah pada subjek, timing dan lighting. Terlampau meributkan urusan teknis dapat membuat perkara lain jauh lebih penting terlewatkan yakni momen dan pencahayaan.

Untuk mengetes itu, gunakan 3 mode berbeda seperti mode otomatis (program), manual atau speed priority saat berburu streetphotography. Lalu tunjukan kepada orang lain dan mintalah untuk memilah foto-foto itu. Tanpa diberitahu, foto yang dihasilkan mode berbeda tersebut bakal sulit teridentifikasi.

Kontinuitas subjek. Dari anak-anak, perempuan dewasa hingga manula. (Foto: Ari Saputra)Foto: detikINET/Ari Saputra
Kontinuitas subjek. Dari anak-anak, perempuan dewasa hingga manula.



2. Mulailah dari yang sederhana, dengan angle sejajar mata orang dewasa.

Jadikan kamera Anda mewakili pandangan mata orang-orang kebanyakan. Jepretlah dari sudut yang tidak terlalu rendah dan tidak terlampau tinggi. Sudut ini bakal menghadirkan kejutan karena bisa menunjukan sesuatu yang berbeda dari mata orang kebanyakan.

Oh iya, menghindari posisi low angle yang ekstrim seperti frog angle atau aerial view membuat foto terlihat lebih simpel dan mudah dicerna. Banyak pendapat menyatakan, tanpa mengabaikan sisi kreatif pemotret, angle ekstrim terlampau akrobatik, tidak alamiah dan membuat mata pembaca cepat lelah.

Angle ekstrim ini tentu tidak berlaku untuk alasan tertentu seperti memotret gedung pencakar langit dari bawah, dari sudut orang mendongak hampir 90 derajat.

Merekam subjek yang kontras, duduk vs berdiri.Foto: detikINET/Ari Saputra
Merekam subjek yang kontras, duduk vs berdiri.



3. Gunakan elemen foto yang seminim mungkin. Jika perlu, gunakan negatif space untuk membuat komposisi yang sederhana namun tetap kaya cerita. Misalkan bermain garis zebracross, maka fokuslah pada elemen garis tanpa harus melebar kemana-mana.

4. Jika harus merekam berbagai subjek dalam satu frame, perhatikan hubungan antar subjek tersebut. Konektifitas membuat foto yang sederhana sekalipun mampu mencuri perhatian.

5. Jepret subjek yang benar-benar kontras dan bertolakbelakang seperti muda-tua, kaya-miskin, besar-kecil, duduk-berdiri, kiri-kanan. Nilai kontras tersebut menciptakan peran dan ketegangan yang mampu membangun karakter secara total.

Memanfaatkan pantulan cermin untuk memperkaya cerita dan sisi kontras subjek: lelaki vs perempuan, tua vs muda.Foto: detikINET/Ari Saputra
Memanfaatkan pantulan cermin untuk memperkaya cerita dan sisi kontras subjek: lelaki vs perempuan, tua vs muda.



6. Eksplor karakteristik jalanan yang beragam dan tidak monoton untuk memperkaya kreatifitas foto. Misalkan memanfaatkan pantulan kaca, cermin, bayangan dan air. Lakukan dengan proporsional tanpa berlebihan.

Keep simple.Foto: detikINET/Ari Saputra
Keep simple.

Copyright ©2024 Biro Humas - Pemprov. Jatim.
All Rights Reserved
Jl. Pahlawan 1 - 2, SURABAYA